
Preeklampsia merupakan satu dari sekian banyak penyakit yang timbul ketika usia kehamilan Bunda mencapai trimester 2. Umumnya gejala baru dapat terlihat ketika usia kandungan mencapai 20 minggu.
MulyaMedikaCare - Pada kondisi preeklampsia, Bunda akan mengalami tekanan darah yang naik diatas normal yang akan memengaruhi kesehatan ibu dan janin yang ada di dalam kandungan. Setelah itu preeklampsia juga dapat dipicu ketika plasenta janin yang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan oleh kelainan.
Permasalahan seperti gizi buruk, aliran darah ke rahim tidak cukup, genetik hingga kadar lemak tubuh yang tinggi juga bisa jadi menyebabkan preeklampsia.
Bunda yang mengidap hipertensi pada saat mengandung dan tidak segera ditangani dengan baik, maka kondisinya dapat semakin buruk. Preeklampsia yang sudah parah hingga diikuti dengan adanya kejang-kejang, kondisinya akan semakin parah hingga preeklampsia ini berkembang menjadi eklampsia.
Eklamsia biasanya akan meningkatkan risiko bayi lahir dengan kesehatan yang buruk dan kondisi ini cukup serius karena dapat mengakibatkan bayi lahir dalam keadaan meninggal.
Menurut dr. Mulyadi, SpOG, MKes, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi Klinik Mulya Medika Care, "Preeklampsia ini rentan terjadi pada kehamilan pertama dengan persentase sebesar 6-8 persen. Namun Bunda harus lebih waspada, karena gejalanya mirip seperti kehamilan normal."
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai preeklampsia ini. Berikut merupakan gejala-gejala yang harus dipahami dan diwaspadai oleh Bunda yang dikutip dari Preeklampsia:
Gejala Preeklampsia
1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi pada masa kehamilan merupakan kondisi yang sangat membahayakan. Batas atas tekanan darah yaitu pada angka 140/90 mmHG, dan diukur sebanyak dua kali dalam keadaan dan jeda waktu yang berbeda.
Selain itu, hipertensi juga dapat menjadi tanda terjadinya preeklampsia. Pada kondisi preeklampsia berat, tekanan darah Bunda bisa mencapai >160/110 mmHG
2. Urine mengandung protein (Proteinuria)
Proteinuria merupakan salah satu tanda preeklampsia yang dapat ditemukan ketika melakukan pemeriksaan medis. Protein umumnya hanya terdapat dalam darah, namun pada kondisi preeklampsia protein juga ditemukan dalam urine ibu hamil.
Bunda dapat melakukan pemeriksaan salah satu tanda preeklampsia ini ke dokter saat konsultasi kandungan.
Bunda nantinya diminta untuk menyerahkan sampel urine, kemudian perawat akan mencelupkan strip ke dalam sampel urine tersebut.
Apabila strip tersebut terbaca mengeluarkan hasil 1+, maka itu menandakan Bunda sedang mengalami preeklampsia ringan. Sedangkan, apabila hasilnya >2+ maka menandakan Bunda mengalami preeklampsia berat.
Bunda dikatakan mengalami preeklampsia meskipun tekanan darahnya dibawah 140/90 mmHG, karena kadar protein dalam urine menunjukkan hasil +1.
3. Pembengkakan di kaki (Edema)
Bunda mungkin mengetahui bahwa kondisi kaki yang bengkak selama masa kehamilan merupakan hal yang wajar. Namun, hal tersebut dikatakan menjadi tidak wajar apabila terdapat cairan di kaki yang sangat banyak hingga membuat kaki ibu hamil bengkak parah.
Gejala ini sering kali disepelekan karena umumnya dianggap wajar. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa gejala tersebut merupakan salah satu gejala dari preeklampsia.
Kondisi edema atau pembengkakan ini dapat terjadi apabila terdapat cairan berlebih di dalam tubuh. Edema umumnya terjadi pada bagian kaki, tangan, wajah, dan mata.
4. Sakit kepala
Apabila Bunda mengalami sakit kepala yang dirasa berdenyut sangat parah maka perlu diwaspadai. Sakit kepala yang sangat parah tersebut merupakan salah satu gejala dari preeklampsia. Terkadang, rasa sakitnya sulit hilang dan menyerupai migrain.
5. Mual dan muntah
Saat kehamilan pada trimester pertama, umumnya banyak Bunda yang mengalami morning sickness. Namun, apabila Bunda mengalami mual dan muntah pada masa pertengahan kehamilan perlu diwaspadai. Mual dan muntah pada pertengahan kehamilan bisa menjadi pertanda preeklampsia.
Mengapa begitu? Karena, morning sickness yang dialami ibu hamil hanya akan terjadi pada masa awal kehamilan atau trimester pertama, kemudian akan menghilang pada trimester kedua dan ketiga.
Oleh karena itu, Bunda perlu mewaspadai apabila mengalami mual dan muntah pada masa pertengahan kehamilan. Segera konsultasikan ke dokter untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan kadar protein dalam urine.
6. Nyeri pada area perut dan bahu
Epigastrik atau nyeri pada area perut dan bahu biasanya akan terasa di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
Gejala ini juga menjadi salah satu tanda terjadinya preeklampsia. Umumnya gejala ini menjadi tersamarkan dengan rasa mulas, gangguan pencernaan, maupun rasa sakit akibat tendangan dari bayi.
Lantas bagaimana cara membedakannya dengan nyeri bahu biasa? Nyeri bahu karena preeklampsia dapat dikenali dengan rasa seperti dicubit pada leher dan sepanjang tali bra.
Kondisi tersebut terkadang akan membuat Bunda kesakitan apabila berbaring ke sebelah kanan. Gejala tersebut menjadi salah satu tanda sindrom HELLP atau terjadi masalah pada liver.
7. Nyeri pada punggung bagian bawah
Nyeri pada punggung bagian bawah merupakan yang paling umum dikeluhkan pada masa kehamilan, sehingga sering kali kondisi ini diabaikan. Akan tetapi, gejala seperti nyeri pada punggung bagian bawah menunjukkan tanda preeklampsia yang patut untuk Bunda waspadai.
8. Berat badan naik hingga 3-5 kilogram dalam seminggu
Apabila bunda mengalami kenaikan berat badan hingga 3-5 kilogram saat hamil dan terjadi hanya dalam rentang waktu seminggu, maka kondisi ini menjadi salah satu indikator gejala preeklampsia.
Pada kondisi preeklampsia, Bunda akan mengalami kenaikan berat badan yang diakibatkan cairan yang dihasilkan di jaringan tubuh yang rusak, lalu tidak dapat diproses oleh ginjal untuk dikeluarkan.
Penyebab Preeklampsia
Penyebab terjadinya preeklampsia belum dapat diketahui secara pasti. Namun, diduga kondisi tersebut diakibatkan terjadinya kelainan perkembangan dan fungsi dari plasenta janin. Plasenta tersebut merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan darah dan nutrisi bagi janin.
Kelainan pada plasenta menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit, kemudian timbul reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Hal tersebut yang mengakibatkan timbulnya gangguan pada ibu dan janin.
Meski penyebab pasti belum dapat diketahui, beberapa faktor dibawah ini dinilai dapat memicu terjadinya gangguan pada plasenta:
- Mengandung lebih lebih dari satu janin
- Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
- Memiliki riwayat preeklampsia dalam keluarga
- Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
- Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
- Baru pertama kali hamil
- Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, dan gangguan darah
- Mengalami obesitas saat hamil
Pengobatan Preeklampsia
Preeklampsia akan dapat teratasi apabila janin berhasil dilahirkan. Namun, ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan diberi beberapa penanganan guna mengatasi keluhan serta mencegah terjadinya komplikasi, berikut penanganannya:
Obat-obatan
Berikut obat-obatan yang sekiranya dokter akan diberikan apabila Bunda mengalami preeklampsia:
- Obat antihipertensi
Obat ini diberikan apabila tekanan darah pada ibu hamil sangat tinggi. Apabila tekanan darah masih berkisar pada angka dibawah 140/90 mmHG, maka pemberian obat antihipertensi tidak diperlukan.
- Obat kortikosteroid
Obat kortikosteroid dikonsumsi apabila terjadi preeklampsia berat, atau bahkan terjadi sindrom HELLP. Selain untuk penanganan preeklampsia, obat ini juga dapat mempercepat pematangan organ paru-paru pada janin.
- Obat MgSO4
Apabila terjadi kondisi preeklampsia berat, maka dokter akan memberikan suntikan MgSO4 guna mencegah komplikasi akibat preeklampsia, seperti kejang-kejang.
Perawatan di rumah sakit
Apabila terjadi kondisi preeklampsia yang cukup berat bahkan semakin parah, Bunda sangat disarankan untuk menjalani perawatan di rumah sakit sehingga kondisinya selalu terpantau. Selama masa perawatan akan dilakukan pemeriksaan darah, nonstress test (NST), serta USG secara rutin sehingga kesehatan Bunda dan janin selalu terpantau.
Perawatan setelah melahirkan
Pemantauan akan tetap diperlukan bahkan setelah proses melahirkan. Umumnya pasca melahirkan pasien akan menjalani rawat inap selama beberapa hari. Pasien juga perlu tetap mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, serta menjalani kontrol rutin hingga 6 minggu pasca melahirkan.
Pencegahan Preeklampsia
Belum terdapat cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guna memperkecil resiko terjadinya preeklampsia diantaranya:
- Menjalani kontrol rutin ke dokter selama masa kehamilan
- Menjaga dan mengontrol tekanan darah serta gula darah apabila memiliki riwayat hipertensi maupun diabetes
- Salalu menerapkan pola hidup yang sehat, diantaranta dengan memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup, rajin berolahraga, menjaga berat badan agar tetap ideal, mengurangi konsumsi makanan bergaram tinggi, serta tidak merokok.
- Mengonsumsi suplemen untuk mencegah preeklampsia
Dalam hal ini, Bunda dapat mengonsumsi kapsul ikan gabus Channamix. Channamix terbuat dari ekstrak ikan gabus yang mengandung protein albumin kualitas premium dengan perbandingan ekstraksi 20:1 (20 kg ikan gabus dijadikan 1 kg ekstraksi ikan gabus) dan mengandung royal jelly sehingga kaya akan nutrisi yang dapat mencegah preeklampsia. Selain itu, Channamix memiliki kandungan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada semua bagian tubuh, termasuk luka dan bekas luka pasca melahirkan hingga sebagai pelengkap nutrisi ibu hamil. Channamix juga sudah digunakan dan dipercaya oleh banyak Dokter, Bidan, Perawat, dan semua kalangan.
Baca Juga: